Teori
belajar behaviorisme berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi
sebagai hasil pengajaran yang disampaikan guru melalui atau dengan
bantuan media (alat). Sedangkan teori belajar konstruktivisme
berpandangan bahwa media digunakan sebagai sesuatu yang memberikan
kemungkinan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Kozma (1991)
menyatakan bahwa media dapat dibedakan dari teknologi (mekanik,
elektronik, bentk fisik), sistem simbolik (karakter alpha-numerik,
objek, gambar, suara) serta sarana yang digunakan (radio, video,
komputer, buku).
Berikut ini adalah beberapa kasus yang diangkat dari temuan di lapangan dalam proses pembelajaran di dalam kelas .
Kasus 1: Seorang
guru merenung. Dia merasa bahwa sudah segala daya, upaya, dan tenaga
dikerahkan, tetapi siswanya masih belum nampak terlibat dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru sudah berapi-api mengajar,
suara sudah sekeras mungkin dikeluarkan, tulisan di papan tulis pun
selain sudah jelas juga besar. Dia merasa bahwa perjuangan tersebut
sia-sia, karena beberapa siswa matanya lebih banyak melihat ke luar
jendela kelas, siswa lain sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya, yang
lainnya nampak berulang-ulang melihat jam seperti ingin mempercepat
berjalannya waktu. Secara umum, pembelajaran yang diselenggarakan guru
tidak menarik bagi siswa.
Kasus 2: Seorang
siswa menyanggah teori yang baru saja disampaikan gurunya dalam
pembelajaran dalam kelas. Guru dan siswa saling beradu argumentasi,
kedua-duanya saling mempertahankan pemahaman yang mereka miliki.
Masing-masing tidak dapat menjelaskan kebenaran dalam kekiniannya. Sampai dengan berakhirnya pembelajaran, tidak ada kesepakatan yang dapat diambil.
Kasus 3: Sesaat
akan dimulainya pembelajaran, siswa menampilkan mimik ketidaksabaran
untuk segera mengikuti proses pembelajaran. Siswa menampilkan kesan
seolah-olah menanti sebuah pertunjukkan spektakuler dari seseorang yang
diidolakan. Kelas terasa hangat. Begitu pembelajaran dimulai, Guru
tampil dengan senyum yang segar, mulai membuka pertunjukkan.
Pada bagian pembukaan pembelajaran, Guru menyajikan stimulus yang
dikemas sedimikian rupa sehingga memunculkan rangsangan response luar
biasa pada diri siswa. Siswa aktif dan kreatif dalam mencari pengetahuan
yang hanya diarahkan guru. Siswa seolah-olah yang memegang kendali
pembelajaran. Siswa merasa bahwa dia sangat butuh dan ingin menuntaskan
kepenasaran dari stimulus yang diberikan guru. Akibatnya, guru tidak
perlu bersusah payah menghabiskan tenaga. Guru hanya mengarahkan,
melayani pertanyaan, serta menjadi pemberi kemudahan bagi siswa (fasilitator).
Pada saat terdengar bel tanda berakhirnya pembelajaran, terdengar suara
siswa yang menyayangkan waktu terlalu cepat berlalu. Terasa aroma
pembelajaran yang bermakna, dialogis, dinamis, serta bermuara pada
pembelajaran yang menyenangkan.
Yang perlu menjadi bahan diskusi adalah :
1. Apa pandangan anda terhadap setiap kasus tersebut?
2. Manakah diantara kasus tersebut yang pernah anda alami?
3. Kasus manakah yang paling ideal terjadi dalam pembelajaran?
4. Bagaimanakah upaya agar pembelajaran ideal tersebut dapat terjadi?
Semoga
saja anda tidak setuju dengan kasus 1 dan kasus 2, dengan pembelajaran
yang satu arah, guru mendominasi pembelajaran, guru sebagai pusat
pembelajaran, guru sebagai satu-satunya sumber ilmu, tidak ada media
pedukung (hanya teori), siswa pasif, siswa bosan, pembelajaran tidak
menyenangkan, pembelajaran tidak bermakna, hasil pembelajaran tidak
membanggakan.
Diharapkan
kita semua setuju dan mengidam-idamkan kasus 3. Pembelajaran yang
ideal. Guru tidak lagi mendominasi pembelajaran, siswa sebagai subjek
pembelajaran, guru kreatif dan inovatif dalam merencanakan pembelajaran,
pembeajaran berorientasi kepada kehidupan nyata tidak hanya kepada
buku.
Jika
dilihat dari perkembangan media yang digunakan dalam pembelajaran di
dalam kelas, dapat diurutkan bahwa pembelajaran formal dimulai dari masa
blackboard, whiteboard, keyboard, dan akhir-akhir ini telah banyak yang mengembangkan virtualboard. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan film (salah satu) yang dapat diunduh dari YouTube dengan judul MIT sketching
Dalam film tersebut Nampak seorang guru dapat mengajar dengan dinamika dan media yang mengarah kepada realistis. Guru menggambarkan objek dipapan tulis (whiteboard) tetapi objek yang digambarkan guru dapat dikendalikan (dihidupkan). Akibatnya, siswa tidak hanya mendapatkan cerita belaka tetapi dapat melihat secara nyata.
Cerita
tentang perubahan media pembelajaran dari blackboard hingga
virtualboard, dapat dipertegas dengan menampilkan video dari sebuah
produsen handphone yang bercerita tentang dunia komunikasi digital yang
semakin canggih. Seorang Ibu Guru menjelaskan materi di Jepang dengan
menggunakan virtualboard, seorang siswi berkomunikasi dengan Ibunya
menggunakan fasilitas ViCon dengan HandPhone.
Agar
peserta lebih menyadari bahwa jika belum mulai menggunakan media sebagai
alat bantu pembelajaran (sementara di dunia luar telah terjadi
perkembangan digital yang semakin canggih), dapat pula disajikan film
dari Microsoft tentang Surfacing Computer. Sebuah media computer yang tidak lagi menggunakan keyboard dan layar monitor, melainkan sebuah meja menjadi screentouch sekaligus monitor.
Pembelajaran
tidak hanya diselenggarakan di dalam ruang kelas dan pada jam belajar
formal. Tidak sedikit pula guru yang telah menyelenggarakan pembelajaran
yang tidak hanya dibatasi ruang dan waktu. Sebelum atau setelah
pembelajaran di dalam kelas diselenggarakan, guru telah/akan menugaskan
kepada siswa untuk mencari berbagai sumber ilmu dengan berbagai
cara/media sesuai dengan perkembangan teknologi digital.
1. Seberapa pentingkah media pembelajaran dibutuhkan dalam menunjang pembelajaran?
2. Media seperti apakah yang paling ideal digunakan dalam pembelajaran?
3. Media apa yang dibutuhkan agar pembelajaran yang dilakukan siswa dapat berlangsung tanpa dibatasi ruang dan waktu?
4. Sesering apakah peserta menggunakan media pembelajaran berbasis TIK?
5.
Pernahkan peserta menyelenggarakan pembelajaran tanpa dibatasi ruang dan
waktu? Seperti apa yang sudah dilakukan peserta dalam menyelenggarakan
pembelajaran yang tidak hanya diselenggarakan di dalam kelas saja?
Paltimer (1991)
membandingkan pembelajaran kalkulus yang menggunakan computer dengan
pembelajaran konvensional menujukkan bahwa hasil pembelajaran berbasis
komputer lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Tetapi, tidak
setiap pembelajaran harus diselenggarakan melalui pembelajaran berbasis
TIK. Beberapa kegiatan pembelajaran masih harus diselenggarakan dengan
pembelajaran konvensional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar